kayaknya enak iaa kalo aku jadi temanmu ajah

Hati siapa iang tak akan sakit. Saat kita merasakan ingin sekali bertemu karena sudah berapa hari tak bertemu. Saat dimana setelah berhari-hari itu tidak begitu dipedulikan, tidak begitu diperhatikan, tidak seperti sebelum-sebelumnya. Dan kita menginginkan untuk satu jam saja dalam seminggu untuk melihatnya, satu jam saja dalam 7 hari menyentuhnya, satu jam saja dari 168 jam untuk bicara dengannya. Atau jika satu jam itu dianggap terlalu lama, terlalu menyita waktunya, terlalu mengganggu konsentrasinya dan fokusnya pada apa yang dikerjakannya saat itu maka berikan dan luangkan untuk satu menit saja. Satu menit saja ingin melihatmu, menyentuhmu, dan mendengarmu. Ingin memastikan apakah seseorang yang ada di hatiku saat ini baik baik saja, memastikan apakah seseorang yang ada di hatiku saat ini masih tetap sama, memastikan apakah seseorang yang ada dihatiku masih menyayangi dan menganggapku ada.

Hancur sudah saat mengetahui saat mendengarkan dari bibir indah itu, kamu bersamanya. Orang yang dulu itu teman, sekarang aku tidak bisa mengatakannya teman dan bukan pula bukan teman. Tidak ingin mengingat kejadian itu dan orang itu. Orang yang posisinya tidak bisa dikatakan teman dan tidak pula bukan teman yang sudah memiliki pasangan hidup namun masih menghabiskan waktu bersama seseorang yang ada dihatiku. Ingin menyalahkan sapa aku? Ingin memaafkan sapa aku? Aku menengok dan mengaca didalam diri, apa aku begitu membosankan? Apa aku begitu cerewet? Apa aku begitu mengekang? apa apa apa?

Tangisanku selama seminggu itu tidak akan mampu menghapus betapa perihnya aku. Aku menahan dan membiarkanmu untuk tidak menemui aku karena semula aku berpikir kamu memang sibuuk dan benar-benar tidak ada waktu sedikitpun untuk memikirkan seorang perempuan yang hanya bisa meminta perhatian dan meminta untuk diberi kabar darimu. Tapi semua mengacaukan keteguhan dan kepercayaan ku saat kau mengatakan pergi ke suatu mall untuk pergi menemani makan hanya berdua. Awal kamu memberitahuku aku pikir kamu menemani untuk mencari sesuatu, tapi yang kuterima! Kamu makan dengan orang itu dan menghabiskan waktu di mall tersebut entah berapa jam untuk menunggu redanya hujan hanya berdua. Kamu memang jujur aku sangat sangat menghargainya. Tapi, mengapa tidak berpikir untuk menghabiskan waktu bersamaku saat kamu mengetahui bahwa tempat tujuan pertamamu tutup atau si penjual sudah tidak melayani pembeli lagi padahal sudah beberapa hari itu kita tidak bertemu seperti yang kita lakukan sebelum - sebelumnya. “Tidakkah kamu merindukan aku” itu iang ada dalam otakku. Andai saja semua itu terjadi setelah kita saling bertemu dan aku memastikan semuanya, kamu masih baik-baik saja, kamu masih tetap sama, kamu masih menyayangiku maka tidak akan begini perasaanku.

Apa yang terjadi waktu itu adalah saat dimana perasaanku bingung dengan sikapmu selama seminggu itu saat kamu sibuk dan terfokuskan oleh satu hal, dan aku harus mendapati dan menerima kamu lebih memilih untuk menghabiskan waktu dengan yang lain. Seolah selalu ada waktu untuk bersama temanmu namun buatku?! Aku mulai berpikir “kayaknya enak iaa kalo aku jadi temanmu ajah”. Aku berpikir seperti itu karena kalo aku jadi temenmu aku gak perlu nuntut ini itu, gak perlu sakit hati saat kamu gag ada waktu denganku. :'(

Kejadian itu memang tlah berlalu dan tidak mudah bagiku untuk bisa melupakannya mungkin tak akan lupa.

Aku menerima semua ini karena “aku masih ingin bersamamu dan tetap memanggilmu sayang sampai slamanya mengukir namamu”.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar

coretanku